puisi terakhir ws rendra
Posted by ardee on April 9, 2010
mumpung masih di hari jum’at walaupun beberapa menit lagi hari sabtu menjelang, ada baiknya posting nya berbau religi….
beberapa hari yang lalu saya terima e-mail di salah satu milis yang saya ikuti yang isinya ternyata puisi terakhir oleh salah seorang maestro sastrawan indonesia yang terkenal dengan julukan si burung merak yaitu almarhum rendra.
puisi ini sangat betul2 menggugah dan mengingatkan saya utk selalu meletakkan pondasi pemikiran yg paling dalam bahwa segala sesuatu itu hanya titipan dan milik Allah. walaupun terkadang berat untuk menjalani karena yang namanya hawa nafsu pasti akan teriak/berontak jika kita kehilangan sesuatu.
mudah2an kita semua bisa memperlakukan keadaan yang seimbang saat menerima dan mengembalikan titipan Allah, amiin…….
===================================================
Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milik-ku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya
Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ???
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ???
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ???
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah,
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
seolah semua “derita” adalah hukum bagiku
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”,
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku
Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
“Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”….
(Puisi terakhir Rendra yang dituliskannya di atas ranjang Rumah Sakit)
===================================================
Tutorial Blogger said
Link mas sudah saya pasang balik^ Keep posting.
nurrahman said
sungguh menohok saya yg masih sakit, nuwun
ardee said
mudah2an cepat sembuh ya kang….
anggaplah bencana/derita dan keberuntungan sama saja, kata mas rendra di kalimat terakhir puisi diatas
triktipswp said
Mas linknya sudah saya pasang….jangan lupa link balik yaaa….^
ardee said
sipp… udah ditambahin linknya tuh kang.
thx utk kunjungannya….
didot said
ini kata2 terakhirnya sering banget saya pakai mas,saya suka banget….
sebenarnya penderitaan dan kesenangan memang sama2 berkah dari Allah untuk menguji keimanan kita 🙂
salam
ardee said
yupp… betul kang, saya juga.
tapi terkadang kita susah membedakannya….
cah ndueso said
benr2 menyentuh……
ardee said
kalo sudah maestro, biasanya apapun karyanya selalu bagus…
Abu Ghalib said
karya rendra memang selalu penuh inspirasi
puisi ini mengajak kita untuk merenung tentang arti dan tujuan hidup
ardee said
mudah2an kita selalu bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari2…
orange float said
puisinya sangat menyentuh, mungkin ini semacam bahan renungan untuk kita juga yang masih hidup
ardee said
thx utk kunjungannya, mbak yuli…
rose said
indah sekali puisinya… rupanya beliau sudah ‘merasa’ waktu kembali padaNya kian mendekat… 😦
ardee said
mgkn beliau dah melihat/merasakan tanda2-nya ketika itu…
anyway, comment-nya “nyebur” ke kotak spam, mbak. jadi sorry, telat responnya….
marsudiyanto said
Ikut menikmati puisi terakhir Rendra…
ardee said
trims pak guru… semoga tambah sukses…
vikhi said
mas ardee.. puisinya bagus…
emang pak rendra pujangga kebanggaan Indonesia, bahkan di atas ranjang RS-pun tetep menulis…
mantappp…
ardee said
mudah2an muncul rendra2 yg lain di tanah air kita ini, bung vikhi… yg bisa mengoreksi pemerintah jika sdh tidak berjalan di track-nya, lewat karya2 puisi…
julie said
great baru ini baca karena puisi pak rendra yg paling kuingat yg tentang burung hantu lupa judulnya
semoga aq bisa lebih lapang lagi memahami maksud Sang Pencipta dengan garis hidupku
ardee said
amiin…. mudah2an mbak julie bisa…
endang kusman said
Muantabb puisinya…
andipeace said
puisi yang sangat berkualitas.penuh makna.
salam
ardee said
@pak endang & mas andi: tentu saja, buwatan sang maestro…
bundadontworry said
puisi yg membantu utk menuntun kita dlm menjalani hidup ini, apa dr tujuan hidup kita.
Selalu saja si ‘burung merak’ ini membuahkan puisi yg pastinya indah dan bermakna.
salam
ardee said
mudah2an kita selamat dari kehidupan dunia ini ya, buk….
hanyanulis said
Dia adalah salah satu pujungga besar yang pernah dimiliki bangsa ini, Moga aja ada generasi yang meneruskan perjuangannya di bidang sastra, Selain chairil anwar dan ws rendra, sapa lagi ya, yang bakal menjadi pujungga besar selanjutnya ???? 🙂
ardee said
hmm… selanjutnya siapa ya? kita tunggu aja…. 😀
cempaka said
hikss…. 😦 sanga menyentuh.. penuh makna…. dan… hmmm
ardee said
“dan hmmm…”? (bingung mode = on/off) he..he…
Mamah Aline said
Puisi terakhir Rendra ini agak religius, saya terkesan dengan bait …kuperlakukan Dia sebagai mitra dagang dn bukan kekasih….
ardee said
mgkn dah ada firasat….
mahesapandu said
WS Rendra selalu khas dengan puisi dan prosa dialogis, selalu menarik untuk disimak…
Nur Ali Muchtar said
duh, mudah-mudahan bisa selalu ingat kalo segalanya adalah milik-Nya dan akan kembali pada-Nya. 😀
hariz naufaldi said
i like it,,,,,,,,,
mkNa yanG dLm bngettttt…….